Yogyakarta nggak pernah kehabisan cerita. Nggak cuma soal gudeg atau Malioboro, tapi juga tentang budaya yang melekat di tiap helai kain baju adat Jogja. Setiap potongan baju punya filosofi, dari simbol kesederhanaan sampai lambang otoritas.
Nah, buat kamu yang penasaran atau lagi cari inspirasi outfit ala tradisional yang tetap kekinian, bahkan hijab-friendly, yuk kenalan sama deretan baju adat Jogja ini. Di artikel ini, Telkomsel akan bahas:
Dan kalau kamu suka eksplor budaya lewat layar, coba nonton dokumenter budaya Jawa lewat MAXStream. Selain memperkaya pengetahuan kebudayaan Indonesia, bisa juga jadi sumber inspirasi juga lho!
Jangan Cuma Tahu Gudeg dan Malioboro, Ini dia penjelasan dari 15 baju adat Jogja yang Penuh Makna!
Baca Juga: Mengungkap Tradisi Nyadran di Sidorejo, Gunung Kidul
-
Baju Adat Surjan
Termasuk baju adat Jogja laki-laki yang ikonik, surjan adalah kemeja panjang bermotif lurik dengan 6 kancing di leher. Filosofinya? Simbol rukun iman! Kesannya simpel tapi penuh makna.
-
Blangkon Yogyakarta
Beda dari blangkon Solo yang rata, blangkon Jogja punya tonjolan (mondolan) di belakang. Warnanya yang putih melambangkan kesucian. Bisa jadi headpiece khas buat cowok Jogja!
-
Baju Ageng
Ini dia pakaian adat yogyakarta dan penjelasannya yang mewah. Dulu dipakai pejabat keraton, terdiri dari jas laken hitam dengan hiasan emas dan celana senada.
-
Baju Adat Pranakan
Digunakan Abdi Dalem pria untuk tugas harian. Terbuat dari kain lurik biru tua atau hitam, dengan kancing yang juga penuh simbol religi: 6 di leher dan 5 di lengan.
-
Baju Adat Langenarjan
Dengan tampilan yang menonjolkan kesan formal dan elegan, baju ini terdiri dari baju hitam laken, kain batik, dan aksesori. Biasanya dipakai dalam upacara resmi keraton.
-
Baju Adat Kencongan
Versi anak-anak dari baju adat Jogja laki-laki, terdiri dari surjan mini, kain batik, dan penutup kepala (dhestar). Cocok dipakai dalam upacara tradisional anak.
-
Baju Adat Sikepan Alit
Masih satu keluarga sama Baju Adat Pranakan, baju ini digunakan oleh Abdi Dalem pria. Uniknya, selalu ada keris gayaman di pinggang sebagai pelengkap.
-
Kebaya Yogyakarta
Nah ini nih, baju adat Jogja wanita paling anggun. Berbahan beludru hitam, kebaya ini dulu cuma untuk bangsawan. Tapi sekarang, semua bisa tampil elegan pakai ini.
Baca Juga: Tradisi Bantul: 5 Upacara Adat dengan Warisan Budaya Kental
-
Baju Adat Pinjung
Baju adat ini berbentuk kain penutup dada yang biasa dipakai Abdi Dalem wanita. Biasanya dipadukan dengan batik atau lurik, plus selendang dan perhiasan kecil.
-
Baju Adat Janggan Hitam
Baju adat Jogja yang khas dengan warna hitam dan kancing hingga leher, baju ini melambangkan ketegasan dan kesucian bagi penggunanya. Baju ini menonjolkan kesan simpel, tapi strong.
-
Sabukwala Padintenan
Baju adat Jogja yang satu ini digunakan oleh wanita untuk anak perempuannya, khususnya saat upacara tetesan. Dilengkapi aksesori lucu seperti subang dan gelang.
-
Baju Adat Semekan
Baju adat Jogja yang berbentuk kain penutup dada ini dililitkan dari dada hingga pinggul. Biasanya dipakai untuk kegiatan sehari-hari dan dipadukan dengan kebaya.
-
Kebaya Hijab
Ini dia baju adat Jogja wanita hijab yang makin populer! Banyak desainer lokal yang bikin versi kebaya dengan inner panjang dan hijab senada. Tetap sopan, tetap stunning.
-
Baju Adat Modern Surjan
Baju ini merupakan versi kasual dari Baju Adat Surjan yang dibuat dengan potongan lebih modern dan bahan lebih ringan. Cocok buat kamu yang mau tampil etnik tapi santai.
-
Kebaya Lurik & Denim
Fusion style yang lagi nge-trend: kebaya lurik dipadukan sama jeans atau rok denim. Jadi baju adat Jogja modern yang bisa kamu pakai ke kampus atau kantor.
Baca Juga: Jogja Gallery: Surga Seni di Yogyakarta yang Wajib Kamu Kunjungi!
Nah, baju adat Jogja itu nggak cuma buat acara resmi aja. Dari yang klasik sampai baju adat Jogja modern, bahkan hijab-friendly, semuanya punya filosofi yang mendalam dan tetap bisa di-mix and match sama gaya kekinian.
Yuk, lestarikan budaya dengan cara yang kamu suka. Mulai dari OOTD, sampai nonton dokumenter budaya di MAXStream. Karena makin kenal, makin sayang, makin bangga!