Kalau lapar itu lawan katanya kenyang, tapi kalau haus? Cek aja penjelasannya di artikel ini.
Pernah dengar kata palum? Mungkin buat sebagian orang, istilah ini masih terdengar asing. Tapi belakangan, kata palum mulai sering muncul di media sosial dan bahkan masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Menariknya, arti dari kata ini cukup relate dengan keseharian kita, terutama setelah minum es teh manis pas buka puasa atau sehabis jogging di siang bolong.
Secara sederhana, palum berarti “tidak haus lagi” atau rasa lega yang muncul setelah dahaga terobati. Satu kata yang menggambarkan kepuasan kecil tapi nikmat yang sebelumnya mungkin cuma bisa kita ungkapkan lewat, "uhhh, seger!".
Kini, cukup satu kata, palum. Kata ini nggak cuma catchy, tapi juga punya potensi jadi bagian dari kosakata populer di era digital sekarang.
Di artikel ini, kita bakal bahas lebih lanjut tentang asal-usul kata palum, makna historisnya dalam bahasa Latin, hingga bagaimana penggunaannya bisa merambah ke kehidupan sehari-hari kita.
Jadi, kalau kamu penasaran kenapa satu kata bisa viral dan masuk kamus resmi, yuk simak cerita lengkapnya tentang palum!
Nah kamu bisa coba kata baru ini saat chat dengan teman kamu biar mereka juga kenal. Biar lancar chatting dengan teman kamu, aktifkan aja Paket OMG! Chat lewat aplikasi MyTelkomsel, ya.
Sekarang kita simak apa sih arti kata dari palum ini.
Baca Juga: Jadi Tren, Kiyowo Artinya Apa Dalam Bahasa Indonesia?
Setelah resmi masuk KBBI pada akhir 2024, kata “palum” kini bisa kamu temukan langsung di Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online.
Di sana, palum didefinisikan sebagai “sudah puas; hilas rasa haus”. Singkatnya, kata ini menggambarkan kondisi tubuh yang sudah tidak membutuhkan cairan lagi, alias hausnya sudah tuntas.
Dengan hadirnya kata ini, masyarakat sekarang nggak perlu lagi muter-muter nyebut “sudah minum” atau “nggak haus lagi.” Cukup bilang, “palum.” Satu kata, tepat sasaran. Contohnya bisa kamu pakai dalam kalimat seperti:
“Saya palum, tadi pagi baru minum tiga gelas air,” atau “Ayah sepertinya sudah palum, jadi kopinya nggak disentuh.” Sederhana tapi punya nuansa.
Menurut unggahan dari akun resmi Instagram @badanbahasakemendikbud, palum berasal dari bahasa Batak Pakpak, salah satu bahasa daerah di Sumatra Utara.
Ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia terus berkembang dengan menyerap kata-kata lokal yang punya makna kuat dan kontekstual. Dan palum adalah salah satu bintang barunya.
Baca Juga: Second Choice: Kenali Arti, Ciri, dan Cara Menghadapinya
Kata palum berasal dari bahasa Batak Pakpak, salah satu sub-suku Batak yang berada di wilayah Sumatra Utara.
Dalam budaya lokal mereka, palum digunakan untuk menggambarkan kondisi tubuh yang sudah tidak haus lagi bukan sekadar tidak kehausan, tapi benar-benar merasa puas, segar, dan nyaman setelah minum.
Maknanya begitu spesifik dan kaya rasa, sampai rasanya sulit diganti dengan istilah lain dalam bahasa Indonesia.
Kekayaan makna ini akhirnya mendapat pengakuan resmi. Pada akhir tahun 2024, Badan Bahasa memasukkan kata palum ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menjadikannya bagian dari kosakata nasional.
Dengan begitu, menjadikan palum sebagai antonim dari “haus” dalam konteks modern bukan hanya sebagai lawan kata, tetapi juga sebagai gambaran kondisi fisiologis dan psikologis yang telah terpenuhi dengan sempurna.
Masuknya palum ke dalam KBBI adalah bukti bahwa bahasa Indonesia terus hidup dan tumbuh lewat akar budaya lokal.
Ini adalah langkah nyata dalam mengangkat bahasa daerah ke panggung nasional, sekaligus pengingat bahwa di balik satu kata sederhana, tersimpan nilai budaya, keseharian, dan identitas suatu masyarakat.
Jadi, setiap kali kamu bilang “palum”, kamu nggak cuma sedang bilang “nggak haus lagi” kamu juga sedang merayakan kekayaan bahasa Indonesia.
Selain palum, ada banyak kata lain dari bahasa Batak yang sudah resmi masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia terus tumbuh dan menyerap kekayaan budaya lokal.
Berikut beberapa contohnya.
Horas: kata seru untuk menyatakan selamat
Gumul: bayi yang bentuk tubuhnya bundar seperti bola
Lompayang: lempang atau lurus
Parmitu: orang yang gemar minum minuman keras
Selok: kesurupan hingga dapat berkomunikasi langsung dengan roh
Ucok: berunding dengan damai
Penambahan kata-kata ini, termasuk palum, menunjukkan bahwa bahasa daerah bukan hanya warisan budaya tapi juga sumber daya linguistik yang hidup dan berharga dalam membentuk identitas Bahasa Indonesia.
Dengan hadirnya palum di KBBI, kita nggak cuma dapat satu kosakata baru tapi juga pelajaran bahwa bahasa itu tumbuh dari pengalaman, budaya, dan keseharian. Dari Sumatra Utara, kata ini merambat ke percakapan nasional dan jadi simbol bagaimana bahasa daerah bisa hidup berdampingan dalam ruang bahasa Indonesia yang lebih luas.
Jadi, lain kali setelah minum segelas es teh manis dan merasa segar luar biasa, jangan ragu bilang, “Ah, palum.” Karena satu kata ini bukan cuma tentang haus yang hilang, tapi juga tentang kebanggaan akan bahasa kita yang kaya dan beragam.
Baca Juga: Sigma Apa Artinya? Ini Dia Penjelasan Lengkapnya!
Buat kamu yang sering chatting dengan teman-teman kamu dengan bahasa-bahasa unik lainnya yang sedang viral, seperti sigma, second choice, atau kiyowo, jangan lupa aktifkan Paket OMG! Chat dari Telkomsel biar chattingan kamu tetap lancar.
Short Video baru dan seru
Apa Arti Playing Victim? Ternyata Ini Arti dan Ciri-cirinya
Jarang Diketahui, Ini Manfaat Minum Kopi Sebelum Olahraga
Sejarah Wedang Uwuh, Minuman Favorit Raja Mataram
Panduan Minum Air Zamzam: Doa, Cara, dan Sunnah