Sekolah negeri jelas lebih terjangkau bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun kalau bicara soal kualitas, banyak orang tua yang justru lebih memilih sekolah internasional. Kenapa bisa seperti itu?
Dalam beberapa hal, sekolah internasional memang dinilai lebih unggul. Standar kompetensinya juga dinilai lebih tinggi. Hanya saja, biaya yang harus ditebus untuk mendapatkan itu semua jelas tidak sedikit. Jadi sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak di sekolah internasional, jelas ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan.
Jangan anggap sekolah internasional itu sekadar sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Lebih dari itu, sekolah internasional ini adalah institusi pendidikan yang menerapkan standar dan kurikulum berstandar global, serta dirancang khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia internasional.
Sekolah internasional sepadan atau tidak ya? Mungkin ada beberapa dari kamu yang masih bingung soal hal ini. Jadi sebagai bahan pertimbangan, berikut beberapa keunggulan khas sekolah internasional:
Sekolah internasional mengadopsi kurikulum yang telah teruji dan diakui secara internasional. Jadi, materi yang diajarkan, metode pengajarannya, hingga sistem penilaiannya mengikuti standar pendidikan yang setara dengan sekolah di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, atau Singapura.
Karena terpapar terus-menerus dalam situasi yang alami, anak akan belajar bahasa Inggris secara kontekstual, bukan sekadar menghafal kosakata atau rumus tata bahasa. Mereka jadi terbiasa berpikir dan menyusun kalimat langsung dalam bahasa Inggris. Jadi, kemampuan berbicaranya terasa lebih lancar dan natural.
Lingkungan ini juga membantu anak mengembangkan aksen yang lebih jelas, pemahaman listening yang baik, dan rasa percaya diri untuk berbicara di depan umum. Bahkan, sering kali anak-anak yang belajar di sekolah internasional bisa beralih dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris tanpa sadar.
Murid-murid sekolah internasional di Indonesia biasanya punya latar belakang kebangsaan yang sangat beragam. Jadi, anak bisa belajar dengan teman-teman beda budaya dan bahasa. Inilah yang kemudian membentuk mindset yang lebih terbuka dan toleran pada perbedaan.
Pendekatan pembelajaran sekolah internasional biasanya lebih interaktif. Sistem pembelajarannya juga mendorong anak agar berpikir lebih kritis dengan problem-based learning.
Kalau di sekolah nasional kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum Nasional atau Merdeka, beda cerita dengan sekolah internasional. Di sini, kurikulumnya menggunakan standar global. Berikut kurikulum yang biasa dipakai di Indonesia.
Kurikulum ini berasal dari Inggris dan dikembangkan langsung oleh University of Cambridge. Fokusnya ada di empat, yakni penguasaan bahasa Inggris, wawasan global, metode belajar modern, dan kesempatan besar untuk melanjutkan studi ke universitas top dunia. Di sini, anak akan dilatih berpikir kritis, analitis, dan siap bersaing di tingkat internasional.
Kurikulum ini biasanya dipakai untuk anak usia dini sampai anak usia sekolah dasar. Metodenya menitikberatkan pada pengembangan karakter, perilaku, dan kemampuan beradaptasi. Jadi, bukan cuma urusan akademis, tapi juga membangun fondasi kepribadian anak sejak awal.
Berasal dari Singapura, kurikulum ini memberi fleksibilitas belajar sesuai minat dan potensinya. Dalam kurikulum SPC, siswa diajak belajar sesuai minat dan potensinya, dengan tujuan membentuk daya saing tinggi di tingkat global.
Pertama kali lahir di Jenewa, Swiss, pada 1960, kurikulum IB mengajarkan anak untuk berpikir kreatif sekaligus mengasah kemampuan intelektual, emosional, dan sosial mereka. IB juga melatih empati dan rasa solidaritas supaya anak peduli pada lingkungan sekitar dan sesama.
Banyak sekolah internasional di Indonesia memakai kurikulum IPC. Sistem ini berfokus pada pengembangan karakter anak secara menyeluruh. Selain unggul di bidang akademis, kurikulum ini juga dirancang untuk membentuk pribadi siswa yang unggul, baik di tingkat nasional maupun global.
Dikhususkan untuk anak usia 2–5 tahun, IEYC memakai pendekatan holistik dan berbasis permainan. Fokus kurikulum ini lebih ke pengembangan personal, sosial, dan emosional. Kurikulum ini juga jadi jembatan yang lebih mulus dari pendidikan usia dini menuju sekolah formal.
Memilih kurikulum di sekolah internasional memang tidak bisa asal. Saat memilih, pertimbangannya bukan hanya soal akademis. Karena bagaimanapun juga, pendidikan adalah soal membentuk anak jadi pribadi yang cerdas, kreatif, dan siap menghadapi dunia yang dinamis.
Perlu diingat juga, proses belajar anak tidak berhenti di sekolah saja. Dukungan di rumah juga memegang peran penting. Mulai dari menyediakan lingkungan belajar yang nyaman sampai memastikan koneksi internetnya lancar, semua itu juga sama pentingnya.
Bayangkan kalau anak sedang kelas online atau riset tugas, tapi koneksinya putus-putus. Hampir bisa dipastikan, mood belajar langsung hilang.
Karena itu, pastikan kamu pakai jaringan WiFi IndiHome yang cepat dan stabil untuk mendukung pembelajaran anak di rumah. Dengan koneksi internet yang andal, anak bisa lebih nyaman belajar dan mengakses materi belajar lebih gampang. Kreativitasnya pun jadi lebih berkembang.
Mulai dari Rp230.000 per bulan, kamu bisa pasang IndiHome lewat aplikasi MyTelkomsel. Praktis, cepat, dan siap menemani perjalanan pendidikan anak menuju masa depan yang gemilang.
Short Video baru dan seru