10 Pahlawan Wanita Indonesia yang Mengubah Negeri!


Pahlawan wanita Indonesia

Indonesia memiliki banyak wanita tangguh, namun kiprah 10 wanita hebat ini sanggup mengubah negeri!

 

Indonesia terlahir lewat perlawanan. Untuk mengusir penjajah, para putra dan putri negeri harus berjibaku bertaruh nyawa demi kemerdekaan yang kini kita rasakan. Sepanjang sejarah, ada 10 pahlawan wanita Indonesia yang berperan besar mengubah negeri.

 

Mulai dari bertarung dengan penjajah di medan perang, sampai berjuang mencerdaskan anak-anak bangsa lewat aksi di belakang layar, ke 10 wanita hebat ini bersumbangsih besar menciptakan kemerdekaan. Siapa aja mereka?

 

  1. Raden Ajeng Kartini

  2. Cut Nyak Dien

  3. Keumalahayanti

  4. Raden Dewi Sartika

  5. Hajjah Rangkayo Rasuna Said

  6. Maria Walanda Maramis

  7. Martha Christina Tiahahu

  8. Ruhana Kuddus

  9. Satyawati Suleiman

  10. Karlina Leksono Supelli

 

Baca juga: 21 Pahlawan Nasional Indonesia yang Dikenang Sepanjang Masa

 

Perjuangan salah satu pahlawan wanita Indonesia, R.A Kartini telah di-filmkan dalam judul Kartini yang bisa langsung kamu tonton di Netflix. Gak cuma itu aja, kamu juga bisa nonton berbagai dokumenter sejarah yang seru-seru. Buruan langganan!

 

10 Pahlawan Wanita Indonesia

Yuk, kita kenang sejarah para pahlawan Indonesia yang berjasa besar bagi Indonesia!

 

  1. Raden Ajeng Kartini

    Lahir di Jepara pada 21 April 1879, Raden Ajeng Kartini tumbuh di tengah tradisi bangsawan Jawa yang membatasi perempuan untuk belajar dan berpendapat. Meskipun kemudian “dipingit” sesuai adat, semangat belajarnya tidak pernah padam. 

     

    Ia membaca buku-buku Eropa dan berkorespondensi dengan sahabat-sahabat dari Belanda, menyampaikan keresahan dan harapannya agar perempuan Indonesia memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan.

     

    Surat-suratnya yang kemudian dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang menjadi simbol kebangkitan kesadaran perempuan di Indonesia. 

     

    Kartini bukan hanya memperjuangkan hak untuk belajar, tetapi juga hak untuk berpikir dan menentukan masa depan sendiri. 

     

    Hari kelahirannya kini diperingati sebagai Hari Kartini, yakni hari untuk mengenang semangat emansipasi perempuan di seluruh nusantara.

     

  2. Cut Nyak Dien

    Cut Nyak Dhien lahir di Aceh Besar pada 1848 dan dikenal sebagai sosok pemimpin perang yang gagah berani. Ketika suaminya, Teuku Umar, gugur dalam pertempuran melawan Belanda, ia tidak menyerah. 

     

    Sebaliknya, Cut Nyak Dhien mengambil alih komando pasukan dan melanjutkan perjuangan. Ia memimpin perang gerilya di hutan Aceh dengan strategi yang cerdas dan penuh keberanian. 

     

    Meskipun akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, semangatnya tak pernah padam. 

     

    Cut Nyak Dhien menjadi lambang keberanian perempuan yang tak gentar mempertahankan tanah air, bahkan ketika harus berjuang dalam kesunyian dan penderitaan.

     

  3. Keumalahayati

    Dikenal sebagai Laksamana Malahayati, perempuan asal Kesultanan Aceh ini merupakan laksamana laut perempuan pertama di dunia. Ia memimpin armada laut yang dikenal dengan sebutan “Inong Balee”, pasukan yang terdiri dari para janda prajurit yang gugur di medan perang.

     

    Keumalahayati memimpin langsung pertempuran laut melawan penjajah dan bajak laut asing yang mengancam Aceh. Keberaniannya di medan tempur menjadikannya tokoh penting dalam sejarah militer Indonesia. 

     

    Sosoknya membuktikan bahwa kepemimpinan dan strategi perang bukanlah monopoli laki-laki, tetapi juga bisa dijalankan oleh perempuan dengan kehormatan dan keberanian luar biasa.

     

Baca juga: 25 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia Kamu Wajib Tahu!

 
  1. Raden Dewi Sartika

    Perempuan asal Bandung ini lahir pada 4 Desember 1884 dan sejak muda sudah menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi perempuan. Di masa ketika sekolah hanya terbuka bagi laki-laki, Dewi Sartika berinisiatif mendirikan sekolah untuk perempuan bernama “Sekolah Istri” pada tahun 1904.

     

    Melalui sekolah ini, ia mengajarkan keterampilan dan pengetahuan praktis seperti membaca, menulis, menjahit, hingga tata krama. Bagi Dewi Sartika, perempuan yang terdidik bukan hanya lebih mandiri, tapi juga dapat berperan lebih besar dalam keluarga dan masyarakat.

     

    Figurnya menjadi pelopor pendidikan perempuan di tanah Sunda dan diakui sebagai salah satu pahlawan nasional pada 1966.

     

  2. Hajjah Rangkayo Rasuna Said

    Lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada 1910, Rasuna Said merupakan sosok yang vokal memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemerdekaan bangsa. Ia aktif mengajar dan terlibat dalam organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). 

     

    Melalui pidato-pidato lantangnya, Rasuna menentang penjajahan dan ketidakadilan sosial yang menimpa perempuan. Keberaniannya membuatnya beberapa kali ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda. 

     

    Namun penjara tak menghentikannya. Rasuna Said kemudian dikenal sebagai tokoh yang menggabungkan semangat nasionalisme dengan perjuangan emansipasi. 

     

    Namanya kini diabadikan sebagai salah satu jalan utama di Jakarta, simbol pengakuan atas jasanya bagi bangsa.

     

  3. Maria Walanda Maramis

    Dari tanah Minahasa, Sulawesi Utara, lahir Maria Walanda Maramis pada akhir abad ke-19. Ia dikenal sebagai pelopor pergerakan perempuan di wilayah timur Indonesia. 

     

    Melihat banyak perempuan yang tidak memiliki kesempatan belajar atau berpartisipasi dalam kehidupan sosial, Maria mendirikan organisasi yang memperjuangkan pendidikan dan keterlibatan perempuan dalam ranah publik.

     

    Ia juga aktif memperjuangkan hak pilih perempuan dalam pemerintahan lokal. Di tengah budaya patriarki yang kuat, Maria menjadi sosok yang membuka jalan bagi kesetaraan di bidang pendidikan dan politik. 

     

    Perjuangannya membuat perempuan Minahasa di masa berikutnya mampu menempati posisi penting dalam masyarakat.

     

  4. Martha Christina Tiahahu

    Martha Christina Tiahahu lahir di Pulau Nusalaut, Maluku, sekitar tahun 1800-an awal. Di usia yang masih sangat muda, sekitar 17 tahun, ia telah turun ke medan perang bersama ayahnya melawan penjajah Belanda. 

     

    Christina dikenal berani memimpin pasukan dan menolak menyerah, bahkan ketika ditangkap dan diasingkan ke kapal perang Belanda. Maria wafat di laut pada 2 Januari 1818. 

     

    Namun, kisah perjuangannya hidup terus sebagai simbol keberanian perempuan muda Indonesia. Sosok Martha Christina Tiahahu menjadi inspirasi bahwa semangat juang tidak mengenal usia.

     

    Namanya kini juga dikenang di salah satu Taman Literasi bilangan Blok M.

     

  5. Ruhana Kuddus

    Ruhana Kuddus, lahir di Agam, Sumatra Barat, tahun 1884, adalah wartawati pertama Indonesia. Ia mendirikan surat kabar Soenting Melajoe pada tahun 1912, sebuah media yang memberikan ruang bagi suara dan gagasan perempuan di masa ketika dunia pers masih didominasi laki-laki.

     

    Melalui tulisannya, Ruhana membahas isu-isu penting seperti pendidikan, pernikahan dini, dan hak perempuan untuk bekerja. Ia menggunakan pena sebagai senjata untuk melawan ketidakadilan sosial. 

     

    Ruhana Kuddus menunjukkan bahwa perjuangan tidak selalu harus dengan senjata, melainkan juga dengan pikiran, pena, dan keberanian menyuarakan kebenaran.

     

  6. Satyawati Suleiman

    Satyawati Suleiman lahir di Bogor pada tahun 1920 dan dikenal sebagai salah satu arkeolog perempuan pertama di Indonesia. Ia menjadi tokoh penting dalam penelitian arkeologi tentang kerajaan-kerajaan besar Nusantara, terutama Sriwijaya.

     

    Di masa ketika dunia akademik masih didominasi laki-laki, Satyawati menembus batas tersebut dengan karya ilmiah dan dedikasinya terhadap pelestarian sejarah bangsa. 

     

    Ia berkontribusi besar dalam membangun kesadaran nasional bahwa sejarah dan budaya Indonesia adalah kekayaan yang harus dijaga. Melalui penelitian dan pengajarannya, Satyawati membuka jalan bagi perempuan-perempuan lain di bidang ilmu pengetahuan.

     

  7. Karlina Leksono Supelli

    Karlina Leksono Supelli, lahir di Jakarta pada 15 Mei 1958, merupakan salah satu astronom dan filsuf perempuan pertama di Indonesia. Ia tidak hanya dikenal karena kiprahnya di dunia sains, tetapi juga karena keberaniannya bersuara dalam isu-isu kemanusiaan dan keadilan sosial.

     

    Karlina aktif dalam gerakan reformasi 1998 dan kerap menyuarakan pandangan kritis tentang kemanusiaan, etika, serta posisi perempuan dalam masyarakat modern. 

     

    Ia adalah bukti bahwa perjuangan perempuan tidak berhenti di masa kolonial, tetapi terus hidup hingga era kontemporer, dalam bentuk perjuangan untuk berpikir bebas, berpendapat, dan berkontribusi di dunia akademik.

     

Baca juga: Serba-Serbi Hari Pahlawan: Sejarah, Tema, dan Filosofinya

 

Pengen tahu gimana perjuangan R.A. Kartini divisualkan di layar lebar? Tonton film Kartini di Netflix! Gak cuma itu, masih banyak dokumenter sejarah keren yang siap kamu nikmati. Ayo langganan dan nonton sepuasnya!

 

 
 

Short Video baru dan seru

Tulis Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Belum ada komentar
Jadilah orang pertama yang komentar disini!
mock
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
DewiLarasati
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Balasan Lainnya (1)
Sembunyikan Balasan

Laporan Anda berhasil dikirim
Telkomsel Telkomsel Instagram

Meninggalkan halaman ini

Anda mengunjungi website telkomsel.com tetapi akan dialihkan ke

Pastikan Anda hanya mengikuti tautan dari sumber yang Anda percayai.