
Lagu ‘Hymne Guru’ menjadi lagu yang selalu dinyanyikan dalam momen-momen spesial di sekolah. Nada lagunya yang sendu membuat lagu ini menjadi sangat menyentuh ketika dinyanyikan. Apalagi, ketika bertumbuh dewasa, liriknya semakin terasa menyayat hati.
Lirik lagu ‘Hymne Guru’ terasa sangat sentimentil karena mengingat jasa guru-guru yang mengajar dan memberi ilmu sejak kita masih kecil dan belum bisa apa-apa, hingga sekarang memiliki pekerjaan dan keterampilannya masing-masing.
Sejarah panjang di balik lagu ini menjadi sebuah topik yang seru banget untuk dibahas. Faktanya juga, lagu ini bukanlah lagu yang diciptakan ketika jaman penjajahan, melainkan di kala Indonesia sudah lama merdeka. Penasaran kan? Berikut adalah fakta-faktanya:
Baca juga: Inspirasi Kado untuk Hari Guru yang Bermakna
Selalu sedih kalo denger lagu ‘Hymne Guru’ karena mengingat jasa-jasa guru kita di masa sekolah dulu. Sama sedihnya kalo pas lagi gak ada kuota dan cuma bisa bengong aja. Biar gak kaya gitu, aktifkan aja Kuota Ketengan dari Telkomsel, biar bisa langsung online lagi.
Yuk, kita bedah lirik lagu dan makna dari ‘Hymne Guru’!
Sejarah Hymne Guru
‘Hymne Guru’ diciptakan oleh Sartono, seorang mantan guru honorer dari Madiun, Jawa Timur, pada tahun 1980. Awalnya, Sartono menulis lagu ini untuk mengikuti lomba cipta lagu Hymne Guru yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Nasional.
Dengan waktu tersisa hanya dua minggu, Sartono pun mencoba merangkai lirik yang menggambarkan sosok guru di matanya. Dalam lagu tersebut, ia menempatkan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Baginya, guru adalah pahlawan sejati, meski gak mendapat penghargaan seperti polisi atau tentara. POV ini menjadi sangat menarik, karena pada tahun itu belum banyak yang memiliki pandangan seperti ini.
Lirik tersebut lahir dari pengalamannya sendiri, di mana Sartono bertahun-tahun mengabdi sebagai guru honorer tanpa pernah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Akibatnya, ia juga gak mendapatkan dana pensiun di akhir kariernya.
Bisa dibilang lirik dari ‘Hymne Guru’ adalah curhatan dari Pak Sartono yang ia tuangkan menjadi sebuah lirik-lirik sarat makna dan amat emosional. Bahkan, lirik dalam lagu ini masih terasa pas menggambarkan apa yang dirasakan oleh guru honorer di era sekarang.
Setelah selesai menciptakan lagu itu, ia mengirimkannya ke panitia lomba. Tak disangka, karyanya menang dan berhasil meraih hadiah utama sebesar Rp750 ribu. Lagu ‘Hymne Guru’ langsung menjadi lagu wajib nasional di tahun yang sama.
Sampai detik ini, lagu ciptaan Pak Sartono masih menjadi lagu yang selalu dinyanyikan saat peringatan Hari Guru. Lewat karya monumentalnya, Pak Sartono juga mendapat penghargaan khusus dari Kementerian Pendidikan pada tahun 2000 dan 2005.
Sayangnya, beliau berpulang pada 1 November 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun karena komplikasi stroke, jantung, dan penyumbatan pembuluh darah di otaknya. Meski Pak Sartono telah menghadap Sang Pencipta, namun karyanya tetap tak pernah lekang.
Baca juga: Profesi Guru Harus Tau! Panduan Lengkap Menggunakan Info GTK
Lirik Hymne Guru
Lirik di dalam lagu ‘Hymne Guru’ terdengar sangat menyentuh, dengan kata-kata puitis yang menggambarkan betapa besarnya jasa Guru pada hidup kita, walau sering kali berakhir tanpa sebuah tanda jasa. Berikut adalah lirik lagu ‘Hymne Guru’:
Terpujilah wahai engkau
Ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir
Di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendekia
Dalam versi awalnya, ‘Hymne Guru’ menggunakan lirik "Tanpa tanda jasa" pada bagian akhir. Namun, pada tahun 2007, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengusulkan perubahan lirik tersebut menjadi "Pembangun insan cendekia" agar lebih mencerminkan peran guru.
PGRI menilai frasa "tanpa tanda jasa" seakan merendahkan pentingnya profesi guru, padahal peran mereka sangatlah besar dalam dunia pendidikan, sekaligus sebagai pengembang sumber daya manusia di Tanah Air.
Lagu ini, dengan lirik terbarunya, tetap menjadi bagian dari lagu wajib nasional dan terus dinyanyikan setiap peringatan Hari Guru sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa guru dalam membangun generasi penerus bangsa.
Makna Lirik Hymne Guru
‘Hymne Guru’ adalah lagu tentang rasa terima kasih seorang murid pada jasa guru-guru mereka yang akhirnya membentuk diri menjadi pribadi terbaik di masa kini. Peran guru dalam membentuk kepribadian dan intelenjesi seseorang di masa sekolah sangatlah penting.
Lewat ketegasan, kemurahan hati, dan rasa sayang bapak dan ibu guru di masa sekolah, mereka yang kini berada dalam usia produktifnya menemukan jati diri yang sesungguhnya. Karena, pada dasarnya sosialisasi di dunia kerja gak jauh beda dengan di sekolah dulu.
Walau begitu penting perannya, Pak Sartono sadar bahwa jasa guru bukanlah sesuatu yang diberikan timbal balik besar. Maka dari itu, Pak Sartono menuliskan kata ‘’tanpa tanda jasa” di akhir lirik sebagai penggambaran tentang realita yang terjadi di dunia nyata.
Hal ini menjadi sebuah kenyataan pahit yang terjadi hingga di masa sekarang, karena masih banyak guru honorer yang mendapat penghasilan kurang layak, begitu juga apresiasi terhadap peran mereka yang masih belum terlalu dianggap serius oleh Pemerintah.
‘Hymne Guru’ harus tetap dinyanyikan hingga di masa mendatang, karena makna di dalam liriknya masih menjadi sebuah hal yang terjadi di masa sekarang, tetap relevan.
Baca juga: Kumpulan Puisi Hari Guru yang Menyentuh Hati
Lagu ‘Hymne Guru’ jadi lagu yang paling bisa bikin baper. Bukan karena galau ditinggal pacar, tapi galau karena inget jasa guru di masa lalu. Sedihnya mungkin lebih dari kehabisan kuota yang bisa bikin kamu mati gaya. Makanya, aktifin Kuota Ketengan dari Telkomsel ya!