Dr. Anggrawati tiba di sebuah kampung terpencil di Jawa Barat. Di sudut desa kami melihat ia sedang memperkenalkan diri sebagai dokter baru ke masyarakat sekitar.

Hari pertama praktek, dr. Anggrawati menaruh foto keluarganya di atas meja. Dr. Anggrawati berjalan ke depan, suasana desa sepi, begitu juga pasiennya. Hanya ada Jamal perawat setempat yang menjaga kliniknya. Suatu malam di klinik, dr. Anggrawati mencatat obat-obat yang tersedia di kliniknya, sambil berselancar di internet mencarI informasi tentang ilmu kedokteran dari ponsel pintarnya.

Dr. Anggrawati harus selalu siap akan panggilan pasien, segala jalan ia lalui, baik dengan motor sampai dengan perahu kecil harus dilakukan demi menemui pasiennya. Kami melihat dr. Anggrawati mengobati masyarakat dengan tulus di pelosok desa.

Ilmu kedokteran tidak selalu bisa diterima oleh masyarakat di daerahnya. Suatu hari dr. Anggrawati harus menjelaskan ke sesepuh kampung yang mempercayai 'kejawen' tentang tanggal kelahiran dan kalender.

Pada suatu hari, Dr. Anggrawati datang ke sebuah tempat kecelakaan dan ia harus melakukan penanganan pertama pasien patah kaki, hal tersebut mengharuskan dirinya untuk melakukan panggilan video dengan dokter lain di Bandung. Penanganan pertama sukses, selanjutnya pasien dibawa ke rumah sakit terdekat. Dr. Anggrawati terlihat lega atas keberhasilannya menolong orang tersebut.

Hari berat berlalu, dr. Anggrawati tiba di rumah tugas dan berencana untuk melepas lelah. Baru saja ia hendak menelpon suami dan anaknya, tiba-tiba seorang warga mengetuk pintu rumahnya, menandakan bahwa seseorang sedang membutuhkan pertolongan.

Tengah Malam dr. Anggrawati kembali naik motor melewati jalanan gelap. Wajahnya terlihat begitu lelah, namun dirinya tetap tersenyum karena ia tahu ada pasien yang membutuhkannya.