Saat membeli sebuah produk, ekspektasi semua pelanggan pada dasarnya sama, yakni ingin mendapatkan produk yang sepadan dengan harga yang mereka keluarkan. Namun, bagaimana jadinya jika mereka mendapatkan produk cacat pabrik? Pelanggan jelas akan kecewa, dan reputasi perusahaan jadi taruhannya. Inilah kemungkinan yang bisa terjadi saat perusahaan mengabaikan quality control.
Tanpa quality control, bisnis manufaktur seperti berjalan di atas tali tanpa jaring pengaman. Di tengah persaingan yang ketat dan harapan pelanggan yang semakin tinggi, kualitas bukan lagi sekedar nilai tambah, tapi jadi syarat utama untuk bertahan. Namun, apa benar demikian?
Pengertian Quality Control
Anda mungkin pernah mendengar istilah quality control atau kendali mutu, terutama dalam dunia bisnis manufaktur. Namun, apa itu quality control?
Secara sederhana, quality control bisa diartikan sebagai proses pengecekan yang dilakukan selama produksi berlangsung. Fokus tujuan utamanya hanya satu, yakni memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang sudah ditentukan.
Dalam praktiknya, quality control bukan hanya tentang memeriksa hasil akhir, tapi juga mencakup pengawasan di setiap tahap produksi. Mulai dari pengujian, pemeriksaan, sampai pengetesan produk dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan yang terlewat. Jika ditemukan produk yang tidak sesuai standar, produk tersebut tidak akan langsung dijual ke pasar. Biasanya, produk tersebut akan diperbaiki terlebih dahulu agar layak dan aman digunakan oleh konsumen.
Anda juga perlu tahu bahwa proses quality control bisa dilakukan dengan dua cara, yakni manual dan modern. Untuk cara manual, biasanya perusahaan membentuk tim khusus yang bertugas mengawasi dan memastikan proses produksi berjalan sesuai standar. Sementara itu, metode modern dilakukan dengan menggunakan alat dan teknologi canggih yang membuat proses ini jadi lebih cepat dan efisien.
Perbedaan Quality Control dan Quality Assurance
Untuk menjamin standar kualitas produk tetap terjaga sampai ke tangan pelanggan, ada dua proses yang tidak boleh terlewat, yakni quality control dan quality assurance. Sepintas, keduanya memang terlihat mirip. Namun, ada perbedaan yang sangat fundamental antara keduanya.
1. Apa itu QA dan QC?
QA bisa diartikan sebagai “penjaga proses”. Tugas utamanya memastikan bahwa semua tahapan produksi berjalan sesuai standar, agar kesalahan bisa dicegah sejak awal. QA fokus pada sistem, prosedur, dan SOP sebelum produk dibuat.
Sementara itu, QC adalah “penjaga hasil akhir”. Tugasnya memeriksa produk yang sudah jadi, dan memastikan apakah sesuai standar atau ada yang cacat. Jika ada masalah, produk akan diperbaiki sebelum sampai ke konsumen.
2. Fokus Utama
Quality Assurance (QA) fokus pada proses produksi. Artinya, QA memastikan setiap tahapan dalam proses pembuatan produk, mulai dari penggunaan bahan baku, prosedur kerja, hingga standar operasional apakah sudah sesuai dengan aturan dan standar kualitas yang ditetapkan.
Sedangkan Quality Control (QC) fokusnya ada pada hasil akhir produk. QC akan memeriksa produk yang sudah selesai dibuat untuk memastikan kualitasnya memenuhi standar.
3. Cara Kerja
QA bekerja secara proaktif. Fokus utamanya adalah mencegah masalah sebelum muncul. Tim QA akan mengatur standar, membuat prosedur kerja yang rapi, dan memastikan semua tahapan produksi berjalan sesuai aturan.
Di sisi lain, QC bekerja secara reaktif. Tugasnya adalah memeriksa hasil akhir produksi dan mencari tahu apakah ada kesalahan atau cacat pada produk.
4. Contoh Kegiatan
Quality Assurance (QA) lebih banyak berkutat pada aktivitas yang memastikan proses produksi berjalan sesuai standar. Contohnya:
-
Audit kualitas, yaitu memeriksa apakah proses produksi sudah mengikuti aturan dan standar yang ditetapkan.
-
Pengecekan prosedur, memastikan setiap langkah kerja dijalankan dengan cara yang benar.
-
Dokumentasi, mencatat semua proses, prosedur, dan hasil evaluasi agar bisa ditinjau kembali jika ada masalah di kemudian hari.
Sementara itu, Quality Control (QC) langsung terlibat pada pemeriksaan produk jadi. Beberapa contohnya adalah:
-
Inspeksi barang, yaitu memeriksa fisik produk satu per satu atau secara acak.
-
Pengujian produk, melakukan uji coba untuk melihat apakah produk berfungsi dengan baik.
-
Penyortiran produk cacat, yaitu memisahkan produk yang tidak memenuhi standar agar tidak sampai ke tangan konsumen.
5. Tujuan Akhir
QA bertujuan menjaga kualitas lewat sistem dan prosedur yang konsisten dan terstandar. Jadi, QA berfokus pada menciptakan fondasi yang kuat agar proses produksi berjalan mulus dan minim kesalahan. Dengan kata lain, QA ingin memastikan bahwa semua orang bekerja sesuai aturan dan setiap langkah produksi dilakukan dengan cara yang benar.
Sementara itu, QC bertujuan menjamin kualitas produk yang benar-benar layak dikirim ke pasar. QC akan memeriksa hasil akhir untuk memastikan tidak ada produk cacat atau tidak sesuai standar yang lolos. Jadi, QC berperan sebagai benteng terakhir sebelum produk sampai ke tangan konsumen.
Pentingnya Quality Control terhadap Produk Perusahaan
Sebagai pemilik atau pelaku bisnis di dunia manufaktur, Anda tentu ingin memastikan setiap produk yang Anda hasilkan benar-benar layak dipasarkan. Di sinilah peran quality control (QC) jadi sangat krusial dalam menjembatani harapan tersebut dengan kenyataan. Setidaknya, ada 3 alasan kenapa quality control ini punya pengaruh besar pada produk yang dihasilkan perusahaan:
1. Menentukan Standar Kualitas
Quality control membantu perusahaan menentukan standar produk yang jelas dan sesuai tujuan. Dengan standar ini, semua tim punya acuan yang sama terkait kualitas seperti apa yang diharapkan. Tanpa standar yang jelas, proses produksi bisa berjalan asal-asalan, dan kualitas produk akan sangat bervariasi.
2. Mengawasi dan Memverifikasi Kualitas Produk
Di samping itu, quality control juga berfungsi sebagai pengawas di jalur produksi. Proses ini memastikan tidak ada kesalahan atau cacat sejak produk mulai dibuat. Jika ditemukan masalah, bisa langsung diperbaiki sebelum sampai ke tangan konsumen.
Dengan cara ini, perusahaan bisa menghindari produk cacat yang berpotensi merugikan konsumen dan merusak reputasi merek. Jadi, hanya produk yang benar-benar layak jual saja yang akan dikirim ke pasar.
3. Memastikan Semua Produk Memenuhi Standar
Dengan quality control, setiap produk yang keluar dari jalur produksi akan melalui serangkaian pemeriksaan untuk memastikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Produk yang cacat atau tidak memenuhi kriteria akan langsung ditangani, baik diperbaiki maupun disingkirkan. Dengan kata lain, hanya produk terbaik yang akan sampai ke tangan konsumen.
4. Meningkatkan Efisiensi Produksi
Quality control yang diterapkan secara konsisten bisa jadi kunci untuk menciptakan proses produksi yang efisien. Dengan adanya pengawasan mutu di setiap tahap, potensi kesalahan bisa dicegah sejak awal. Produk yang dihasilkan juga jarang mengalami cacat, dan tidak perlu bolak-balik direvisi atau diperbaiki.
Selain mengurangi revisi, limbah produksi juga bisa ditekan karena bahan baku tidak terbuang sia-sia akibat kesalahan. Hal ini tentu bisa menghemat biaya dan waktu kerja. Tenaga kerja pun bisa lebih fokus pada produktivitas daripada menyelesaikan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
5. Menjaga Kepuasan Pelanggan
Quality control bukan hanya tentang urusan internal pabrik, namun juga menyentuh langsung pada pengalaman konsumen. Ketika produk yang dikirim ke pasar sudah melalui proses pemeriksaan ketat dan terbukti sesuai standar, pelanggan akan merasa puas dengan apa yang mereka terima. Kualitas yang konsisten menciptakan rasa percaya, dan dari kepercayaan itulah tumbuh loyalitas.
Proses Quality Control
Quality control biasanya dilakukan dalam 4 tahap yang dirangkum dalam sebuah metode yang kerap disebut PDCA (Plan, Do, Check, Action). Metode ini dikenalkan oleh Edward Deming dan masih jadi panduan dalam menjaga mutu produk hingga sekarang. Untuk lebih memahaminya, berikut tahapan quality control.
1. Plan (Perencanaan)
Tahap pertama dalam proses quality control adalah perencanaan, atau yang dikenal juga dengan tahap “Plan”. Di sinilah fondasi kualitas produk dibentuk. Perusahaan mulai menyusun rencana yang mencakup standar kualitas, prosedur kerja, dan target yang ingin dicapai. Semua elemen ini harus dipikirkan dengan matang agar produksi bisa berjalan sesuai harapan.
2. Do (Pelaksanaan)
Setelah perencanaan selesai dibuat, saatnya masuk ke tahap pelaksanaan atau “Do”. Pada tahap ini, semua rencana yang sudah disusun mulai diterapkan secara bertahap, biasanya dimulai dari skala kecil terlebih dahulu untuk mengurangi risiko kesalahan besar di awal proses. Di sini, pembagian tugas juga dilakukan sesuai kemampuan masing-masing anggota tim supaya proses berjalan lebih efektif.
3. Check (Pemeriksaan)
Setelah pelaksanaan berjalan, tahap berikutnya adalah pemeriksaan atau “Check”. Di sinilah Anda menilai apakah proses yang dijalankan sudah sesuai dengan rencana dan standar kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil sementara dari produksi dengan protokol atau spesifikasi yang sudah disusun di tahap perencanaan. Jika ditemukan masalah, solusi harus segera dicari.
4. Action (Tindakan Lanjutan)
Terakhir, lakukan evaluasi dari hasil yang sudah dicapai. Kalau perlu ada penyesuaian, segera lakukan agar kesalahan yang sama tidak terulang. Di sinilah proses standarisasi baru mulai dibentuk, demi perbaikan berkelanjutan.
Saatnya Meningkatkan Quality Control dengan Teknologi Cerdas
Anda sudah melihat bagaimana proses QC yang baik bisa menjaga konsistensi produk, meningkatkan efisiensi, dan tentu saja, menjaga kepuasan pelanggan. Namun, bagaimana jika proses QC ini bisa dijalankan dengan lebih cepat, akurat, dan otomatis? Di sinilah IoT Smart Manufacturing dari Telkomsel Enterprise hadir sebagai solusi.
Dengan teknologi computer vision, IoT Smart Manufacturing dari Telkomsel Enterprise mampu mendeteksi cacat produk secara otomatis, memastikan hanya produk terbaik yang sampai ke tangan konsumen. Anda tidak perlu lagi bergantung sepenuhnya pada pemeriksaan manual yang rawan kesalahan.
Tidak hanya itu, IoT Smart Manufacturing dari Telkomsel Enterprise juga memungkinkan Anda untuk:
-
Memantau kinerja mesin dan proses produksi secara real-time, sehingga waktu aktif bisa meningkat hingga 80% dan performa mesin hingga 85%.
-
Meningkatkan jumlah dan kualitas produksi, dengan pemanfaatan kerja mesin yang lebih optimal hingga 20%.
-
Meminimalkan risiko downtime, mengurangi potensi breakdown mesin sampai 30%, dan memangkas waktu perbaikan hingga 10%.
-
Mengurangi pemborosan bahan baku, sehingga biaya produksi jadi lebih efisien hingga 30%. Selain bahan baku, Anda juga bisa mencegah masalah sebelum berkembang menjadi lebih serius yang berdampak pada membengkaknya perhitungan lembur.
Dengan semua keunggulan ini, Anda bisa menjalankan quality control dengan cara yang lebih modern, akurat, dan efisien. Jadi, jika Anda ingin membawa bisnis manufaktur ke level yang lebih tinggi, inilah saat yang tepat untuk bertransformasi bersama Telkomsel Enterprise!
Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.