Kenapa sekarang rasanya makin panas, gerah, dan cuaca nggak menentu?
Jawabannya nggak cuma soal AC rusak atau matahari lebih terik. Alam kita perlahan kehilangan pelindung-pelindung alaminya dan salah satunya adalah hutan mangrove. Tanpa kita sadari, saat mangrove ditebang dan rusak, kita juga kehilangan salah satu penyerap karbon paling efektif di dunia.
Setiap tanggal 26 Juli, dunia memperingati Hari Mangrove Sedunia, momen untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya hutan mangrove sebagai salah satu pelindung alami bumi.
Hutan mangrove bukan sekadar kumpulan pohon di pinggir laut. Mangrove adalah barisan penjaga yang melindungi pesisir dari ganasnya ombak, menyerap karbon dari udara, jadi rumah buat ribuan spesies laut dan darat, sampai bantu nelayan tetap punya sumber penghidupan.
Sayangnya, mangrove sering dianggap sepele. Ditebang demi alih fungsi lahan, ditimbun untuk jadi kawasan industri, dan tak jarang rusak karena pencemaran. Padahal, saat mangrove hilang, yang rugi bukan cuma lingkungan, tapi kita sebagai manusia juga bisa terkena imbasnya.
Kondisi Hutan Mangrove di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan luasan hutan mangrove terbesar di dunia, mencapai sekitar 3,36 juta hektare (setara 20,04% dari total mangrove dunia). Tapi ironisnya, kita juga termasuk dalam daftar negara dengan kerusakan mangrove tertinggi.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 637 ribu hektare mangrove di Indonesia mengalami kerusakan baik sedang hingga berat. Dengan kondisi seperti ini, penting buat kita sama-sama paham: apa jadinya kalau hutan mangrove benar-benar hilang dari muka bumi ini?
1. Garis Pantai Terus Terkikis
Tanpa mangrove, wilayah pesisir jadi terbuka lebar. Abrasi makin parah, dan angin kencang dari laut bisa langsung menghantam daratan tanpa ada penghalang alami. Hutan mangrove sebetulnya berfungsi seperti “dinding angin” alami yang mengurangi kekuatan angin tangensial dan membantu mengurangi kerusakan bangunan saat badai. Desa pesisir yang tak punya mangrove terbukti lebih banyak mengalami kerusakan akibat angin dibanding desa yang dilindungi hutan bakau.
2. Banjir Rob dan Intrusi Air Laut Lebih Gampang Terjadi
Tanpa akar mangrove yang berfungsi menyerap air dan menahan gelombang, banjir rob bakal jadi lebih sering, dan air laut bisa menyusup masuk ke daratan, bahkan sampai ke area pemukiman. Tanpa hutan mangrove, daya serap kawasan pesisir terhadap air laut pun ikut hilang.
3. Kapasitas Penyerapan Karbon Turun Drastis
Mangrove termasuk dalam ekosistem penyerap karbon biru (blue carbon), yaitu karbon yang disimpan di ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan rawa-rawa. Uniknya, mangrove bisa menyimpan karbon hingga lima kali lebih banyak dibanding hutan hujan tropis biasa. Tapi ketika rusak, kemampuan ini ikut menghilang. Bahkan, karbon yang selama ini tersimpan di dalam tanah dan biomassa bisa terlepas ke atmosfer, memperburuk emisi gas rumah kaca dan mempercepat laju perubahan iklim.
4. Kerugian Ekonomi dan Akses Kehidupan Hilang
Dampaknya nggak cuma ke lingkungan. Rusaknya mangrove berarti kehilangan pendapatan langsung maupun tak langsung bagi masyarakat pesisir. Mulai dari hasil tangkap laut, pariwisata, hingga produk turunan seperti getah, buah, dan daun mangrove yang biasa dipakai untuk farmasi dan kosmetik. Bahkan, kita juga kehilangan akses ke indukan ikan dan udang liar yang sehat dan beragam, yang selama ini berkembang biak di kawasan mangrove.
Mangrove Bisa Jaga Bumi, Sekarang Giliran Kita yang Jaga Mangrove
Kami percaya, menjaga bumi bisa dimulai dari langkah kecil. Karena sering kali, perubahan bermula dari kepedulian sederhana.
Lewat semangat #JagaBumi, Telkomsel juga ikut belajar untuk ambil bagian. Pelan-pelan, kami terus berupaya mendukung pelestarian lingkungan, termasuk menjaga ekosistem penting seperti hutan mangrove, yang diam-diam punya peran besar dalam menjaga keseimbangan bumi.
Hingga tahun 2024, Telkomsel telah menanam lebih dari 25.000 pohon mangrove di berbagai kawasan pesisir Indonesia. Langkah ini juga berkontribusi pada penyerapan emisi karbon hingga lebih dari 1.093 ton CO₂eq, sebuah upaya kecil yang kami harap bisa memberi dampak jangka panjang.
Di momen Hari Mangrove Sedunia ini, yuk kita rayakan bareng-bareng. Bukan hanya dengan ucapan, tapi lewat tindakan nyata, sekecil apa pun bentuknya. Karena kadang, yang kecil itu justru bikin perubahan besar.
Perjalanan menjaga bumi nggak instan. Tapi setiap pohon, setiap aksi, dan setiap komitmen punya dampak. Kalau kamu penasaran seperti apa langkah dan dampak yang sudah dijalankan Telkomsel sejauh ini, kamu bisa baca selengkapnya di: tsel.id/TelkomselSR2024