BAGIKAN

Buah ini Bikin Kain Tenun Sumba Makin Cantik!

Article
Buah ini Bikin Kain Tenun Sumba Makin Cantik!

Kain tenun Sumba bukan sekadar kain bermotif cantik, kain ini adalah cerita, warisan, dan wujud cinta pada budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), tenun bukan hanya pelengkap upacara adat, tapi bagian dari hidup sehari-hari masyarakatnya.

 

Proses pembuatannya pun luar biasa. Semua dikerjakan dengan tangan: dari memintal benang, mencelupkan pewarna alami, hingga menyusun motif yang sarat filosofi. Bahkan hingga hari ini, anak-anak perempuan di Sumba masih diajarkan menenun sejak dini. Yup, tradisi ini tetap hidup, nggak sekadar dilestarikan, tapi juga menjadi sumber penghidupan keluarga.

 

Menariknya, di balik keindahan dan makna yang terkandung dalam sehelai kain tenun Sumba, ada banyak fakta unik yang mungkin belum kamu tahu. Yuk, kita intip faktanya!



1. Dibuat Pakai Pewarna Alami, Salah Satunya dari Akar Buah Mengkudu

Pernah kebayang nggak sih, kain semegah tenun Sumba ternyata diwarnai pakai bahan alami dari alam sekitar? Warna merah kecokelatan yang khas itu ternyata berasal dari akar buah mengkudu, lho! Siapa sangka, buah yang identik dengan rasa pahit dan aroma menyengat ini justru bisa menghasilkan pewarna alami yang kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan.

 

Selain akar buah mengkudu, para penenun Sumba juga memanfaatkan bahan-bahan alami lain seperti daun nila untuk menghasilkan warna biru keunguan atau hitam, kulit kayu dan daun kering loba untuk memperkuat warna merah, serta buah kemiri dan kulit batang dadap untuk menciptakan warna kuningnya.



Semua proses pewarnaan ini dilakukan secara tradisional yaitu dengan perendaman atau penumbukan tanpa campuran bahan kimia. Karena itulah, setiap warna yang muncul di kain tenun Sumba terasa begitu hidup dan punya karakter khasnya sendiri.



2. Prosesnya Bisa Memakan Waktu Berbulan-bulan

Tenun Sumba bukan sekadar kain, ini karya seni yang dibuat dengan penuh ketelatenan. Mulai dari memintal benang sendiri, menyiapkan dan mencelupkan pewarna alami berkali-kali, hingga menyusun motif dengan teknik tenun ikat yang super detail, semuanya butuh waktu, tenaga, dan ketelitian tingkat tinggi.

 

Untuk satu kain saja, prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bisa mencapai satu tahun untuk kain berukuran besar dengan motif yang rumit. Makanya, nggak heran kalau harga kain tenun Sumba terbilang tinggi. Soalnya, kamu bukan cuma cuma beli kain. Tapi beli waktu, cerita, dan warisan budaya yang dibuat dengan sepenuh hati.

 

3. Tiap Motif Bukan Sekadar Hiasan, Tapi Punya Filosofi

Kalau kamu perhatikan, motif pada tenun Sumba itu kelihatan tegas dan memiliki keunikan sendiri. Tapi di balik bentuknya, ternyata ada makna mendalam yang diwariskan turun-temurun oleh sang leluhur.

 

Misalnya, motif kuda melambangkan kekuatan, kejantanan, dan status sosial. Kuda punya nilai penting dalam budaya Sumba, bukan hanya sebagai alat transportasi, tapi juga simbol kehormatan dan kekayaan.

 

Lalu ada motif tengkorak, yang mungkin terlihat menyeramkan di mata kita. Tapi sebenarnya, ini adalah simbol keberanian dan penghormatan kepada leluhur. Motif ini merefleksikan tradisi lama masyarakat Sumba dalam menghargai sejarah dan kemenangan.

 

Sementara itu, motif manusia menggambarkan kehidupan, keluarga, dan hubungan antar generasi. Menariknya, setiap desa di Sumba bisa punya ragam motif yang berbeda, jadi satu kain bisa jadi identitas budaya dari mana ia berasal. Keren, ya?

 

4. Tradisi yang Diajarkan Sejak Dini

Di Sumba, menenun bukan sekadar keterampilan ibu-ibu, ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Sejak kecil, anak-anak perempuan sudah terbiasa melihat nenek dan ibunya menenun, lalu perlahan belajar mengikuti. Jadi, bukan karena dipaksa, tapi karena tumbuhnya rasa bangga dan cinta pada budaya mereka sendiri.

 

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, menenun juga jadi sumber penghasilan utama bagi banyak keluarga di Sumba. Ketika anak-anak belajar menenun, mereka nggak cuma belajar tradisi, tapi juga diajari cara bertahan dan tumbuh di tengah zaman yang terus berubah.

 

Semua Punya Kesempatan untuk Maju

Karya luar biasa seperti kain tenun Sumba bisa lebih dikenal hingga skala global. Lewat koneksi digital, para penenun bisa memperkenalkan budayanya ke seluruh penjuru negeri, bahkan dunia. Semua bisa dimulai dari satu hal sederhana yaitu kesempatan untuk mempunyai akses yang sama.

 

Selama tiga dekade, Telkomsel hadir menjangkau pelosok, membuka peluang, dan tumbuh bersama masyarakat untuk Majukan Indonesia. Dari berbagai layanan dan inovasi, termasuk dukungan nyata untuk pelaku UMKM dan pelestari budaya, semangat ini akan terus hidup dan berkembang.



Terima kasih buat kamu yang sudah jadi bagian dari perjalanan 30 tahun Telkomsel. Yuk, terus dukung konektivitas yang inklusif dan jelajahi cerita inspiratif lainnya di tsel.id/majukanindonesia.