Dalam dunia bisnis manufaktur, setiap keputusan selalu punya kaitan dengan angka dan pengeluaran. Mulai dari bahan baku, tenaga kerja, hingga perawatan mesin, semuanya bermuara pada satu hal, yakni biaya produksi. Sederhananya, biaya produksi adalah keseluruhan pengeluaran yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah produk, baik yang terlihat jelas maupun yang tersembunyi di balik proses operasional.
Meski terdengar sederhana, faktanya masih banyak pelaku usaha yang menganggap biaya produksi hanya sekadar angka di laporan keuangan tanpa memahami peran strategisnya. Padahal, kemampuan mengontrol biaya produksi bisa menjadi pembeda antara bisnis yang sekadar bertahan dengan bisnis yang mampu berkembang.
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana sebenarnya cara mengontrol biaya produksi agar bisnis manufaktur tetap efisien dan kompetitif?
Pengertian Biaya Produksi
Secara sederhana, biaya produksi adalah seluruh pengeluaran yang harus Anda keluarkan untuk mengubah bahan mentah menjadi produk siap jual. Beberapa komponen yang biasa masuk ke dalam biaya produksi ini biasanya meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya mesin, sampai biaya kecil lainnya. Dengan kata lain, setiap rupiah yang keluar demi jalannya proses produksi adalah bagian dari biaya ini.
Bagi bisnis manufaktur, biaya produksi merupakan fondasi penting dalam menentukan harga jual produk. Bayangkan jika Anda asal menetapkan harga tanpa menghitung modal yang dikeluarkan.
Bisa-bisa harga jual terlalu rendah dan merugikan, atau sebaliknya terlalu tinggi sehingga konsumen enggan membeli. Dengan menghitung biaya produksi, Anda bisa menemukan harga yang pas.
Selain itu, biaya produksi juga menjadi alat kontrol dalam bisnis. Dari laporan biaya produksi, Anda dapat melihat apakah proses yang dijalankan sudah efisien atau masih terlalu boros.
Misalnya, apakah biaya listrik terlalu tinggi? Atau apa ada bahan baku yang sering terbuang? Data ini sangat berguna untuk membuat strategi sehingga biaya produksi jadi lebih hemat namun dengan hasil yang tetap maksimal.
Perlu diingat, biaya produksi ini tidak hanya soal angka-angka besar seperti pembelian bahan baku atau gaji karyawan. Ada juga biaya tersembunyi, seperti perawatan mesin atau transportasi distribusi. Kalau hal-hal kecil ini tidak masuk hitungan, bisa jadi laporan keuangan Anda tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
Jenis-Jenis Biaya Produksi
Setiap bisnis pasti membutuhkan biaya untuk menghasilkan produk. Namun, tidak semua biaya yang keluar itu sama. Agar nantinya tidak salah strategi, berikut jenis jenis biaya produksi:
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah pengeluaran yang jumlahnya tidak berubah, bahkan meski volume produksinya naik atau turun. Contohnya sewa tempat usaha atau gaji karyawan tetap. Sifatnya stabil, biaya ini lebih mudah diprediksi dalam merencanakan anggaran.
2. Biaya Variabel
Berbanding terbalik dengan biaya tetap, biaya variabel berubah sesuai dengan jumlah produksi. Semakin banyak produk dibuat, semakin besar pula biaya yang keluar. Contoh biaya variabel adalah bahan baku dan upah tenaga kerja harian.
3. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel berada di tengah-tengah. Ada bagian yang tetap, tetapi ada juga bagian yang bisa berubah tergantung aktivitas produksi. Tagihan listrik dan air adalah beberapa contoh biaya semivariabel.
4. Biaya Marginal
Biaya marginal muncul ketika Anda menambah jumlah produksi. Misalnya, tambahan bahan baku atau biaya lembur pekerja. Informasi ini berguna untuk menilai apakah penambahan produksi benar-benar menguntungkan.
5. Biaya Rata-Rata
Biaya rata-rata menunjukkan besarnya biaya per unit produk. Biaya ini dapat dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Angka ini penting sebagai dasar penentuan harga jual dan target laba.
6. Biaya Total
Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Angka ini memberi gambaran menyeluruh tentang berapa besar modal yang digunakan dalam satu periode produksi.
Tujuan Penetapan Biaya Produksi
Biaya produksi tidak hanya digunakan untuk mengetahui seberapa besar modal yang dikeluarkan untuk membuat produk. Dari sini, Anda juga bisa mendapatkan gambaran utuh tentang kondisi keuangan, sekaligus dasar untuk mengambil keputusan bisnis. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa tujuan penetapan biaya produksi:
1. Menjadi Dasar Penetapan Harga Jual
Harga jual tidak boleh ditentukan secara asal atau sekadar mengikuti tren pasar. Dengan data biaya produksi yang akurat, perusahaan dapat menetapkan harga yang seimbang.
Harga yang kompetitif di mata konsumen sekaligus memberi keuntungan yang pantas. Ini membantu Anda menghindari keputusan harga yang spekulatif dan lebih berorientasi pada data nyata.
2. Mengukur Efisiensi Proses Produksi
Biaya produksi yang ditetapkan dengan rapi bisa digunakan untuk menilai apakah proses produksi berjalan efisien. Dari data ini, Anda bisa melihat apakah ada pemborosan, penggunaan bahan baku yang kurang optimal, atau alur kerja yang perlu diperbaiki. Jadi, perusahaan dapat mengurangi biaya yang tidak perlu tanpa menurunkan kualitas produk.
3. Mendukung Perencanaan dan Anggaran
Penetapan biaya produksi bisa menjadi pedoman dalam menyusun anggaran. Dengan data yang jelas, perusahaan bisa mengalokasikan sumber daya secara lebih terarah. Anda juga bisa memprediksi kebutuhan dana di masa depan dan mengantisipasi perubahan biaya akibat faktor eksternal seperti kenaikan harga bahan baku.
4. Menjadi Tolok Ukur Kinerja Produksi
Biaya produksi yang sudah ditetapkan dapat dijadikan sebagai standar evaluasi. Jika biayanya lebih tinggi dari perkiraan, perusahaan punya alasan kuat untuk melakukan audit dan mencari tahu sumber permasalahan. Dengan demikian, evaluasi kinerja jadi lebih akurat karena berbasis pada data.
5. Membantu Pengambilan Keputusan Strategis
Ketika perusahaan berencana menambah kapasitas produksi, meluncurkan produk baru, atau berinvestasi dalam teknologi, data biaya produksi menjadi salah satu bahan pertimbangan utama. Angka-angka tersebut memberi gambaran risiko sekaligus potensi keuntungan, sehingga keputusan yang diambil lebih rasional dan terukur.
6. Menentukan Perhitungan Laba Secara Realistis
Tanpa penetapan biaya produksi, perhitungan keuntungan bisa bersifat spekulatif. Namun dengan data yang jelas, Anda bisa mengetahui margin keuntungan per unit, sekaligus merancang strategi pertumbuhan yang lebih sehat.
Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Biaya Produksi?
Besar kecilnya biaya produksi tidak hanya hasil dari aktivitas internal perusahaan. Faktor eksternal juga turut memengaruhi. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa faktor yang bisa memengaruhi biaya produksi:
1. Skala Produksi dan Struktur Operasi
Produksi dalam jumlah besar biasanya lebih efisien karena biaya tetap bisa dibagi ke lebih banyak unit produk. Inilah yang biasa dikenal dengan economies of scale. Sebaliknya, jika kapasitas produksi terbatas, biaya per unit cenderung lebih tinggi karena beban biaya tetap tidak tersebar merata.
2. Kualitas Manajemen dan Sistem Pengendalian
Keterampilan manajerial sangat berperan dalam menjaga efisiensi biaya. Mulai dari perencanaan bahan baku, pengawasan proses produksi, hingga distribusi produk, semua membutuhkan kontrol yang baik.
Manajemen yang mampu mengambil keputusan berbasis data akan lebih cepat mengidentifikasi pemborosan dan melakukan perbaikan. Tanpa sistem pengendalian yang kuat, biaya produksi bisa saja membengkak tanpa disadari.
3. Harga dan Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku sering kali menjadi komponen terbesar dalam biaya produksi. Ketika harga bahan baku naik atau ketersediaannya terbatas, otomatis biaya produksi akan terdampak.
Situasi ini bisa semakin kompleks jika Anda bergantung pada pemasok tunggal atau bahan impor yang harganya sensitif terhadap nilai tukar. Karena itu, memiliki strategi diversifikasi pemasok bisa membantu mengurangi risiko biaya.
4. Teknologi dan Tingkat Otomatisasi
Investasi pada teknologi tepat guna dapat memangkas biaya secara signifikan. Mesin canggih, sistem otomatisasi, hingga perangkat lunak manajemen produksi, semua itu bisa mempercepat proses, mengurangi kesalahan, dan menekan kebutuhan tenaga kerja manual. Perusahaan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi biasanya lebih unggul dalam menjaga efisiensi biaya dibandingkan dengan mereka yang masih mengandalkan cara-cara tradisional.
5. Energi dan Infrastruktur
Biaya energi seperti listrik, air, dan bahan bakar termasuk dalam overhead yang tidak bisa dihindari. Selain itu, kondisi infrastruktur seperti akses jalan, fasilitas penyimpanan, hingga jaringan distribusi harus diakui juga berpengaruh pada kelancaran produksi. Itulah kenapa lokasi usaha yang strategis dengan dukungan infrastruktur yang memadai biasanya bisa membantu menekan biaya logistik dan operasional.
6. Regulasi dan Faktor Eksternal
Kebijakan pemerintah, seperti pajak, peraturan lingkungan, atau aturan ketenagakerjaan dapat menambah beban biaya produksi. Di luar itu, faktor makroekonomi seperti inflasi, perubahan kurs, maupun situasi geopolitik juga berpotensi menimbulkan lonjakan biaya, terutama pada bahan baku yang bergantung pada pasar global.
Cara Mengendalikan Biaya Produksi
Mengetahui cara menghitung biaya produksi saja tidak cukup. Karena harus diakui, informasi seperti ini tidak akan banyak berarti jika Anda tidak tahu bagaimana cara memanfaatkannya. Untuk membantu mengendalikan biaya produksi, berikut cara yang bisa Anda lakukan:
1. Cek Proses Produksi secara Berkala
Produksi yang lancar belum tentu efisien. Oleh karena itu, audit berkala penting dilakukan untuk melihat di mana saja ada pemborosan. Bisa jadi, ada tahapan yang memakan waktu terlalu lama atau bahan baku yang sering terbuang percuma.
2. Atur Stok dengan Bijak
Kelebihan stok membuat biaya penyimpanan membengkak, sedangkan kekurangan stok bisa menghentikan produksi. Keduanya sama-sama merugikan. Karena itu, Anda harus bisa menemukan titik keseimbangannya.
3. Manfaatkan Teknologi Sesuai Kebutuhan
Teknologi bisa jadi alat untuk membantu menekan biaya. Mulai dari mesin otomatis, sensor kontrol kualitas, sampai ERP, semuanya bisa meningkatkan efisiensi. Memang butuh modal di awal, Akan tetapi, manfaat jangka panjangnya masih lebih besar.
4. Tingkatkan Skill Karyawan
Mesin canggih tetap butuh orang yang ahli untuk mengoperasikannya. Karyawan yang terlatih akan lebih cepat, lebih tepat, dan lebih minim kesalahan saat menggunakannya. Efeknya, biaya produksi pun bisa ditekan.
5. Hitung Biaya Berdasarkan Aktivitas
Sering kali biaya terlihat besar tapi kita tidak tahu dari mana asalnya. Dengan metode activity-based costing, Anda bisa melihat detail biaya berdasarkan aktivitas. Dari sini akan terlihat aktivitas mana yang memberi nilai tambah, dan mana yang hanya membuang sumber daya.
6. Terapkan Perbaikan Berkelanjutan
Efisiensi bukan proyek sekali jadi. Agar hasilnya bertahan, Anda harus terus mencari cara yang lebih baik. Anda bisa menggunakan pendekatan Kaizen, Lean, atau Six Sigma untuk mendukung hal ini.
Tantangan Biaya Produksi dalam Bisnis Manufaktur
Mengendalikan biaya produksi jelas tidak mudah. Tidak sedikit perusahaan yang kesulitan karena perhitungan data yang tidak akurat. Efeknya, keputusan yang diambil justru berujung pada pemborosan. Di sisi lain, perencanaan dan pengelolaan produksi yang kurang efisien juga bisa menyebabkan biaya melonjak.
Tantangan ini jelas tidak bisa diabaikan. Biaya produksi yang tidak terkendali bisa berdampak langsung pada daya saing bisnis Anda. Oleh karena itu, perusahaan perlu memanfaatkan teknologi yang mampu memberikan solusi nyata untuk mengatasi kekeliruan data yang dapat memengaruhi biaya produksi.
Dalam hal ini, IoT Smart Manufacturing dari Telkomsel Enterprise hadir untuk membantu meningkatkan produktivitas sekaligus menciptakan efisiensi operasional dalam bisnis manufaktur. Dukungan fitur Smart Manufacturing OEE memungkinkan Anda untuk memonitor performa mesin hingga hasil produksi, sehingga penggunaan mesin jadi lebih efektif dan produktivitas produksi lebih efisien.
Hal ini tentunya akan membantu bisnis untuk menghemat biaya produksi. Dengan begitu, bisnis Anda pun bisa berjalan lebih stabil, bahkan terus berkembang.